Politeknik Industri Furniture Tarik Investasi di Kawasan Industri Kendal
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Haris Munandar mengatakan pembangunan Politeknik Industri Furniture mampu menjadi daya tarik bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di Kawasan Industri Kendal dan sekitarnya. Hal ini menjadi salah satu upaya strategis untuk penguatan daya saing kawasan industri melalui peningkatan kapasitas tenaga kerja. “Oleh karena itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto telah menetapkan kebijakan untuk memfasilitasi pembangunan politeknik atau akademi komunitas di setiap kawasan industri atau Wilayah Pusat pertumbuhan Industri (WPPI),” ujar Haris di Kendal, Selasa (10/10/2017).
Haris menyebutkan, hingga saat ini pelaksanaan pendidikan vokasi industri tingkat tinggi yang diinisiasi oleh Kemenperin, telah diterapkan di Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Solo serta Politeknik Industri Logam di Morowali. “Kami juga telah mendapat izin penyelenggaraan pendidikan vokasi Akademi Komunitas Industri Manufaktur di Bantaeng,” imbuhnya. Selain mendukung investasi di kawasan industri, menurut Haris, pembangunan politeknik atau akademi komunitas diyakini pula mampu memberdayakan masyarakat setempat agar memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri saat ini dan dapat siap bekerja di perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan industri tersebut. “Kebutuhan SDM yang kompeten adalah sebuah faktor penting dalam mendorong pertumbuhan industri serta pengembangan teknologi dan investasi,” jelasnya.
Seperti diketahui, Kawasan Industri Kendal merupakan salah satu kawasan industri yang diprioritaskan pengembangannya sesuai kesepakatan antara Presiden RI Joko Widodo dengan PM Singapura Lee Hsien Loong pada Leaders Retreat dalam rangkaian kegiatan acara peresmian Kawasan Industri Kendal, 14 November 2016. Sebelumnya, Menteri Airlangga menyampaikan, realisasi nilai investasi di Kawasan Industri Kendal sampai Agustus 2017 telah mencapai Rp4,7 triliun dengan 34 investor yang berasal dari Indonesia, Singapura, Malaysia, China dan Jepang dengan menyerap 5.000 tenaga kerja. “Kawasan ini ditargetkan akan menyerap potensi investasi hingga Rp200 triliun dan tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang,” imbuh Menperin.